Langsung ke konten utama

Ramalan Jayabaya


Prabu Jayabaya dikisahkan menjadi raja ke-3 Kerajaan Kadiri di tahun 1135-1157 masehi. Di bawah kepemimpinannya, kerajaan yang beribukota di Dhaha ini berhasil mengalahkan Kerajaan Jenggala hingga dikenal semboyan Panjalu Jayati yang artinya menang.

Tidak hanya kepiawaiannya dalam menjalankan roda pemerintahan, Prabu Jayabaya juga sangat dikenal akan kemampuannya membaca masa depan. Kemampuan ini dikenal sebagai Jangka Jayabaya dan dibukukan dalam naskah-naskah kuno pasca pemerintahannya berakhir.

Suratin, juru kunci sekaligus budayawan yang mendalami kisah Jayabaya menjelaskan bahwa kemampuan tersebut sebenarnya bukan karena Jayabaya adalah seorang ahli ramal. Menurutnya, kemampuan raja yang juga seorang pujangga ini didapatkan karena kedekatannya dengan Tuhan karena dia dikenal sangat ketat dalam tirakat.

Kenapa orang jaman dulu sakti-sakti, bahkan mampu meramalkan masa depan. Padahal kondisi di masa lampau teknologi dan ilmu pengetahuan perkembangannya tidak se-massif pada jaman modern ini.

Saya terkesima ketika membaca isi ramalan dari seorang Raja Kediri yang mungkin sebagian besar masyarakat terutama orang jawa tahu kisah ramalan ini.

Berikut beberapa isi ramalan Jayabaya :

1. Besuk yen wis ana kreta tanpa jaran: Kelak jika sudah ada kereta tanpa kuda.

2. Tanah Jawa kalungan wesi: Pulau Jawa berkalung besi

3. Prahu mlaku ing dhuwur awang-awang: Perahu berlayar di ruang angkasa

4. Kali ilang kedhunge: Sungai kehilangan lubuk

5. Pasar ilang kumandhang:Pasar kehilangan suara

6. Iku tandha yen tekane jaman Jayabaya wis cedhak: Itulah pertanda jaman Jayabaya telah mendekat

7.  Bumi saya suwe saya mengkeret: Bumi semakin lama semakin mengerut

8. Sekilan bumi dipajeki: Sejengkal tanah dikenai pajak

9. Jaran doyan mangan sambe: Kuda suka makan sambal

10. Wong wadon nganggo pakeyan lanang: Orang perempuan berpakaian lelaki

11.  Iku tandhane yen wong bakal nemoni wolak-waliking jaman: Itu pertanda orang akan mengalami jaman berbolak-balik

12.  Akeh janji ora ditetepi: Banyak janji tidak ditepati

13. Akeh wong wani nglanggar sumpahe dhewe: Banyak orang berani melanggar sumpah sendiri

14. Manungsa padha seneng nyalah: Orang-orang saling lempar kesalahan

15. Ora ngendahake hukum Allah: Tak peduli akan hukum Allah

16. Barang jahat diangkat-angkat: Yang jahat dijunjung-junjung

Hampir semua ramalah diatas sangat sesuai dengan kondisi negara kita Indonesia pada hari ini. Dimana tanah dikenai pajak, pergaulan bebas yang makin merajalela, pasar yang digerus supermarket, sungai yang kering dam tercemar, sudah ada pesawat terbang, jawa terhubung dengan rel kereta, sepeda motor.

Dan yang paling dikenal dan selalu dikait-kaitkan dengan pemilihan umum presiden, pernyataan Jayabaya yang menyebutkan bahwa para pemimpin negara adalah mereka yang memiliki nama dengan unsur huruf no-to-ne-go-ro. Ramalan ini selalu menjadi bahan perbincangan dan dianggap valid. Makanya ada banyak prediksi dan spekulasi yang muncul ketika musim pemilihan sedang berlangsung.

Ramalan lain yang terkait dengan kepemimpinan adalah diperkirakan akan datangnya ratu adil nanti. Begitu pula dengan kemunculan satrio piningit yang nantinya akan menjadi penyelamat bahkan menjadi penguasa dunia.

“Pernyataan itu sebenarnya mengarah ke suatu masa bukan ke siapa. Kita sama-sama tidak tahu kepastiannya, sama-sama menerka,” tandasnya.

Tidak hanya tentang ramalan di bidang politik kepemimpinan saja. Ada ratusan pernyataan berkaitan dengan bidang sosial yang sebagian besar terjadi di masa kini. Salah satunya adalah “Wong wadon ilang kawirangane, wong lanang ilang kapriwirane” yang artinya perempuan hilang malunya, yang laki-laki hilang jiwa kepemimpinannya.

Ada pula “Pancen wolak walik ing jaman, amenangi jaman edan. Ora edan ora kumanan. Sing waras pada nggagas, wong tani podo ditaleni,” yang artinya memang terbolak-baliknya zaman adalah zaman gila. Tidak gila, tidak kebagian. Yang sehat (akal-perilakunya) gagap, para petani dikekang.

Saya dibuat terkagum-kagum dengan kemampuan mereka yang dapat meramalkan suatu kondisi dimana pada masa lampau tidak ada apa-apa dan segalanya masih terbatas.

========================================================================

Sumber

https://www.kabarno.com/jongko-joyoboyo-tentang-kiamat-2-ada-215-tanda/

https://jatimplus.id/prabu-jayabaya-sudah-meramal-hadirnya-ponsel-pintar/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Positive, Negative, and Interrogative Sentences in Previous Post