Langsung ke konten utama

KRIMINALITAS BUKAN KEJAHATAN!


Hola, my dear fellas._.

Jadi, aku ikut kena hype Joker._. Tetapi bukan berarti aku ingin membahas filmnya, aku hanya akan membahas kutipan yang berkenaan dengan Joker; Orang jahat adalah orang baik yang tersakiti. Cukup lucu, sebenarnya. Tapi aku hanya bisa speechless alih-alih tertawa.

Crime, dahulu, aku selalu bertanya-tanya mengapa diartikan sebagai 'kejahatan' dalam bahasa Indonesia. Mengapa bukan krim? Yang mana, maksudku, criminality diterjemahkan sebagai kriminalitas, criminal diterjemahkan sebagai kriminal. Tiba-tiba saja crime melenceng menjadi kejahatan. Itu cukup mengganggu jam tidurku selama beberapa waktu.

Baru kusadari bahwa bahasa itu mengikuti budaya. Sama seperti heart dan hati, dia adalah dua hal yang sama sekali lain, tetapi orang-orang kita menganggapnya satu hanya karena keduanya sama-sama melambangkan 'perasaan' dalam dua budaya yang berbeda. Maka di sinilah kriminalitas dan kejahatan bersanding seolah ia adalah dua hal yang sama.

Kriminalitas adalah tentang tindakan pelanggaran hukum yang bisa dikenakan pidana. Yang artinya; itu tergantung hukum yang berlaku. Itu bukan hanya tentang pembunuhan ataupun perampokan sebuah bank, itu adalah semua yang dipidanakan. Termasuk; pelanggar UU ITE dan pelaku pembuatan mobil:)

Dan di sanalah Joker berdiri, seorang kriminal. Bukan orang jahat. Dia adalah orang baik, sangat baik, tujuan hidupnya sesederhana ingin membuat orang lain tertawa. Tetapi masyarakat menamparnya keras-keras, membuat jiwa baik yang sakit itu menjadi sekarat dan hanya tinggal menunggu waktu untuk mati.

Dan kemudian, ajaib, satu tarikan pelatuk kaliber 38 yang tidak diniatkan itu seolah menjadi obat, sebuah pemicu kelahiran jiwa baru yang jauh lebih sakit dari yang sebelumnya. Apalagi yang bisa dilakukan sebuah jiwa dengan Pseudobulbar affect kronis yang terlahir kembali selain membunuh apa yang telah membunuh dirinya yang sebelumnya? Tidak ada, nyaris, tidak ada.

Tetapi, apakah dengan pembunuhan beruntun nan brutal itu kita bisa menyebut Joker sebagai penjahatnya? Tidak, kurasa.

Penjahatnya adalah Randall, yang memberikan medium untuk pembunuhan pertama yang memicu segalanya.

Penjahatnya adalah Murray, yang menekan jiwa sakit itu sampai pada titik terbawahnya. Yang hanya mementingkan dirinya tanpa memikirkan apa yang telah diperbuatnya.

Penjahatnya adalah Penny, yang acuh dan tidak berbuat apa-apa saat melihat sebuah jiwa sedang dalam perjalanan kematiannya.

Penjahatnya adalah masyarakat, yang kejam, yang penuh penghakiman, yang penuh egoisme tanpa batasan. Yang hanya menjadikan sakit mental sebagai seru-seruan dan olok-olokkan.

Penjahatnya adalah kita, yang telah (sadar ataupun tidak) melahirkan banyak Joker-Joker lain di dunia nyata. Kita terbiasa memandang rendah orang yang kita anggap aneh dan menyedihkan di saat kita bisa merangkulnya dan memberikannya semangat meski hanya lewat ucapan. Kita terbiasa mementingkan diri sendiri tanpa sadar kita telah menjatuhkan orang lain. Kita terbiasa untuk melampiaskan kemarahan pada apa yang bukan penyebab kita marah. Kita terbiasa menjadi perundung. Kita terbiasa untuk bodo amat. Kita terbiasa menjadi seorang penjahat.

Kita semua bukanlah Joker, kita hanya seonggok penjahat tanpa titel kriminal di belakang namanya; sebuah bagian dari kebusukan bernama sosial.

Adios!

Sumber : Ensiklopedia Bebas

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Positive, Negative, and Interrogative Sentences in Previous Post

Ramalan Jayabaya